Kamis, 13 November 2008

KEDIPAN PELITA

Hati berteriak tanpa suara
Hati menangis pilu tanpa kata
Hanya mampu menanamkan rasa
Yang menyesatkan dada

Kuberteriak pada alam
Kini puing-puing rasa menggejolak
Akan datangnya pelita
Bersinar menyinari jiwa

Sinar itu seolah akan tertelan waktu
Seakan tak menampakkan pungguknya
Kini hati makin resah

Kapan pungguk itu tampak
Menjelma menjadi kedipan pelita
Di dalam derasnya kehidupan

CINTA YANG TERBIAS

Oleh : Andri Madaka, Tanjung Pinang

Secepis cinta
Telah terputik dijiwa
Seribu kenangan mencetuskan rindu

Namun
Rasa itu tak pernah terucap
Bagai misteri tak berujung
Aku berjalan dengan rasa dihati
Aku terus menciptakan

Cerita kasih dibalik layar
Cinta terdiam membisu
Tanpa kata namun ada rasa.
Aku Cuma berharap pada waktu
Akan bercerita tentang cintaku
Yang telah lama kudengar

Alunan suara itu,
Seakan menghidupkanku kembali
Puing-puing yang telah pergi
Di alam yang berbeda

Aku terbuai dalam kesamaan
Menghayalkan keindahan ruang hatinya
Untuk meyakinkan kembali nada-nada
Yang pernah kuciptakan.

ENGKANG

Engkau telah banyak berteriak
Engkau telah banyak momentum
Engkau telah banyak ultimatum

Kini................................
Hati menjerit
Hati kau tekan
Bangunlah engkang dari mimpi
Pandanglah sosok sana
Jeritan hati anak dan saudaramu

Mimpimu mulia
Tapi..................
kami menangis pilu
Engkang...............
Marilah merenung
Kami masih merangkap

DILEMA

Dikala hati memiliki rasa
Ingin membawa alunan yang ada
Terbang bersama buih-buih rasa

Kini............
Serpihan selalu ada
Tak menghilangkan tenggernya
Membawa tetesan
Kembali mengalir

Hati bersandar dalam dilema
Serpihan atau rasa
Keinginan selalu terbuai
Mendapatkan rasa
yang kini ada

tapi................
serpihan pun tak mampu terbersik
walaupun hanya sekecap.

BUNDA

Dikeheningan malam
Kuterbangun meratapi nasib
Menanti jelmaan
Merindukan belaian

Bunda......................

Malam ini,
Aku ditemani lampu neon
Sebagai pelipur dan penerangku

Bunda, kini....................
Air mata berderai
Meratapi nasib tak kunjung tiba
Mengharapkan belaian dan ucapan
Selamat ulang tahun nak.............!!!

Bunda...............
Tahun ketahun umur terkikis
Derasnya sang waktu

Kerinduan masa lalu
Mengharapkan belaian kasihmu

Kini .......................
Serpihan angin menemani
Karena kejauhannmu.

RESAH

Malam penu gulana
Mengingat bintang tak kunjung berkedip

Dipembaringan hanya mampu
Berharap dan menghayal
Bintang ikut merasakan
Keresahan

Dampu hadir
Sebagai pengobat resah
Agar kuterlelap Dalam pembaringan.

GANTUNG

hati lunglai
menanti sebuah harapan
tak kunjung datang

tapi.............hati tak berdaya
hati tak mampu berpaling

hanya mampu menunggu
harapan jadi nyata

sampai kapan nyata itu tiba
kini kau gantung nyata itu
membuat nyata itu makin lunglai

kini......................nyata itu makin menyiksa
nyata itu tak jelas.

CAHAYA

kini sepercik cahaya
jatuh dari langit
menghampiri bumi
demi satu sisi hidup
yang telah terlebur

kini kusematkan rasa
dipermukaan bumi
namun lukisan tak tertoreh
tentang keindahan hati

rasa bagaikan gumpalan asap
yang terlukis diawan
namun terbawa angin
menuju keawan

kini kesejukan itu bersama setetes
air menyirami bumi yang terpaku.

MAWAR

mawar layu
tak memancarkan lagi buih semerbak
dulu selalu menyinari rasa

keharumannya tak beraroma
menghiasi benih-benih rasa
impian menjadi putik

kini kelayuan menebar
kupu-kupu tak hinggap
menghisap madu dalam selimutan kelopak

GERAH

Cinta itu indah
Cinta itu cantik
Cinta itu nyaman

Tapi.......Cinta itu munafik
Cinta itu palsu
Cinta itu buta

Cinta membawa kegerahan
Dalam buaian janji manis
Larut dalam kepahitan
Kini tinggal janji

KOTAKU

Rumah mewah menjulang jalan
kota penuh sinar kehangatan
pemiliknya tanpakmenggali harta
memperkaya diri

kotaku,
kau biarkan animo berguli
ringin kuberteriak mencacimakimu
kau kota kejam

kau tak peduli
kau tersentak
seolah tak tahu
rakyat mati kelaparan

sekarang salah siapa?
begitu kejam wujudmu
sesuap nasi sulit

inikah moderenisasi?
tanpa ada lagi rasa iba

kotaku.....!!!
ijinkan aku mencacimakimu
dibalik piawaimu
kau penuh kekejaman.

RASA 2

kau tancapkan duri dihati
menelan rasa hampa yang tak terelak
menepis semerbak keharuman
secuil mawar

kuterbawa dalam buih rasa
gemeluk duri tersesak dalam dada
ketika rasa ingin menggapai aroma
namun kumbang tersentak menghalang

membawa diri larut dalam angan
ketika mawar mekar
matahari telah menampakkan pungguknya
memancarkan semerbak aroma.

Rasa

suara terbersik lewat kabel
menyapa dalam dunia nyata
hati dalam kehangatan
bertanya tentang rasa

angka- angka telah hilang
kini tergambar lagi
untaian kata bersama
menyapa dalam kelembutan

kini.....
penghangat sejenak tentang hayalan rasa.

Rabu, 12 November 2008

SEPI

Jalanan panjang mengiringi langkah
Musik membisik gendang telinga
Hati riuh akan jelmaan
Dalam titik kesendirian

Jalanan panjang dihiasi gelap
Tanpa ada desiran pasir dalam kegelapan kebiruan
Hujan seolah akan bersahabat dengan bunga
Tak kunjung pula menetes

Laju mobil tempat duduk termangu
Menanti tiba tempat tujuan
Sepi tak berujung
Dalam jalanan panjang

Selasa, 11 November 2008

M E L A T I

jiwa raga terkekang dalam tempurung
jiwa raga mengabdi pada satu raga
jiwa raga berteriak tapi tak kau dengar
jiwa raga meratap penuh asa

jiwa berseri selalu tanpak
Hati meronrongtak mampu berkata
tentang keadilan

serpihan tak berpihak
mengekang jiwa dalam tempurung
kini melati tak berkarya
tak mampu menikmati semerbak keharuman

keadilan....! keadilan..........! keadilan.......!

tanamkan serpihan, walau secuil
demi melati yang terkekang berpuluh tahun
menampakkan jiwa semerbak

melati laskar pelangi
penuh ide gemilang
tanpa basa- basi

(Andiha)

Paradok Masa Kini

Kita mempunyai gedung yang semakin tinggi,
tapi kesabaran yang semakin rendah.

Jalan yang semakin lebar,
tapi sudut pandang yang semakin sempit.

Semakin banyak membelanjakan,
tapi semakin sedikit yang dimiliki.

Semakin banyak membeli,
tapi semakin sedikit yang dinikmati.

Punya rumah semakin besar,
tapi kehidupan rumah tangga yang semakin terpencil.

Semakin banyak tersedia kesenangan,
tapi semakin sedikit waktu untuk menikmatinya.

Semakin banyak pengetahuan,
tapi semakin sedikit kebijaksanaan.

Semakin banyak para ahli,
tapi justru semakin banyak pula masalah.

Semakin banyak obat,
tapi juga semakin sedikit ketenangan.

Kita memiliki semakin banyak barang dan kepemilikan,
tapi semakin berkurang nilainya.

Kita semakin banyak bicara,
tapi semakin sedikit mencinta dan semakin banyak membenci.

Kita belajar untuk mencari nafkah penghidupan,
tapi gagal menemukan kehidupan.

Kita telah menambah semakin banyak tahun dalam kehidupan,
tapi gagal untuk menikmati kehidupan dalam tahun-tahun yang dijalani.

Kita berhasil pergi ke bulan dan kembali,
tapi masalah untuk pergi ke depan rumah untuk menemui tetangga.

Punya penghasilan yang lebih tinggi,
tapi moralitas yang semakin rendah.

Kita belajar untuk membuat udara lebih bersih,
tapi kita mengotori jiwa kita sendiri.

Kita belajar untuk memisahkan atom-atom,
tapi tak sanggup memisahkan prasangka-prasangka buruk kita.

Kita memiliki kuantitas yang berlimpah ruah,
tetapi kualitas yang semakin langka.

Ini adalah waktu dimana ada orang semakin tinggi posturnya,
tapi makin pendek karakter kepribadiannya.

Keuntungan finansial membumbung tinggi,
tapi hubungan dengan sesama semakin dangkal.

Ini adalah masa kedamaian dunia,
tapi perang dalam keluarga.

Makin banyak hiburan,
tapi makin sedikit rasa kebahagiaan.

Makin banyak makanan,tapi makin berkurang nutrisinya.Ini adalah saat di mana keluarga berpenghasilan ganda,
tapi perceraian di mana-mana.

Makin banyak rumah yang indah,
tapi semakin banyak rumah tangga yang pecah ….