by. Andiha
Kutilik masa indah
disaat kebersamaan bersemi
kau lantungkan kata dinda dengan penuh keakraban
langkah gontai telihat demi impianmu
gedung mungil akan kau tinggalkan
putih merah akan melekat dalam jiwamu
hati melontah saat lantunan puisimu mengudara
kini....
kata "selamat jalan kandaku" yang terdengungkan
kandaku...
gapailah angannmu dibalik kesungguhanmu.
Minggu, 19 April 2009
Puisi untuk Guruku
By. Andiha
Musim semi kupinang puisi indah
meruntuk baktimu, guruku
mutiara kehidupan kudulang terus menyemai
membenihkan ketegaranku dari hari kehari
kini menggema selarik puisi
guruku...
jangan pernah menyerah
doa selalu mengeringi seteguh langkah demi langkah
musim semi ini kuuntai buah pengorbannmu.
Musim semi kupinang puisi indah
meruntuk baktimu, guruku
mutiara kehidupan kudulang terus menyemai
membenihkan ketegaranku dari hari kehari
kini menggema selarik puisi
guruku...
jangan pernah menyerah
doa selalu mengeringi seteguh langkah demi langkah
musim semi ini kuuntai buah pengorbannmu.
Kamis, 16 April 2009
Hilang
by. Dhani Arakah
kusadari saat smua telah menghilang
betapa lama kulupakan
jiwaku tak bisa lagi kurasa
apa diri menyesal telah kau tinggalkan
kumenangis saat kau pergi
kuterluka saat kau telah menjauh
kuminta dengan sepenuh hati
dengarkan jeritan, ingin kau kembali
kuingin kau kembali
kuingin mengungkapkan jeritannku
tanpa kehadirannmu
kumerindukannmu
kuingin melepas kerinduan ini
walaupun hanya komunikasi yang terbentang
kuingin hanya kata cinta
tapi.....
smua tlah menghilang
kusadari saat smua telah menghilang
betapa lama kulupakan
jiwaku tak bisa lagi kurasa
apa diri menyesal telah kau tinggalkan
kumenangis saat kau pergi
kuterluka saat kau telah menjauh
kuminta dengan sepenuh hati
dengarkan jeritan, ingin kau kembali
kuingin kau kembali
kuingin mengungkapkan jeritannku
tanpa kehadirannmu
kumerindukannmu
kuingin melepas kerinduan ini
walaupun hanya komunikasi yang terbentang
kuingin hanya kata cinta
tapi.....
smua tlah menghilang
Catatan Kecil untuk Diariku
hati berjalan direlung yang dalam
hati terperangkap dengan kepolosan
hati mencari kebiasaan
hati menangis pilu saat.... seolah hilang
saat kata terkirim untukmu
saat kata kau abaikan
saat kata kau anggap hanya kata
saat kata tak terbalas mengiris hati
satu malam kucuran berjatuh
satu malam kau tertidur pules seolah tak ada beban
satu malam hati merintih akan rindu
satu malam kau abaikan...
seandainya waktu bergulir kembali
seandainya kebiasaan itu tetap utuh
seandainya sayang itu tak tertepis
seandainya aku mampu meminta
jiwa rindu, jiwa lama
jiwa rindu disetiap kala
jiwa rindu ucapan lama
masa indah itu seolah terbias
kini pena mengukir
di atas catatan kecil untuk diariku.
hati terperangkap dengan kepolosan
hati mencari kebiasaan
hati menangis pilu saat.... seolah hilang
saat kata terkirim untukmu
saat kata kau abaikan
saat kata kau anggap hanya kata
saat kata tak terbalas mengiris hati
satu malam kucuran berjatuh
satu malam kau tertidur pules seolah tak ada beban
satu malam hati merintih akan rindu
satu malam kau abaikan...
seandainya waktu bergulir kembali
seandainya kebiasaan itu tetap utuh
seandainya sayang itu tak tertepis
seandainya aku mampu meminta
jiwa rindu, jiwa lama
jiwa rindu disetiap kala
jiwa rindu ucapan lama
masa indah itu seolah terbias
kini pena mengukir
di atas catatan kecil untuk diariku.
Layar Tancap Berbicara
mata menatap lebar desiran-desiran kecil
di balik kebiruan yang tertutup awan
hati menerawang bersama kebiruan
mencari sosok yang telah tiada
adakah kebersamaan akan kembali
seperti saat-saat layar tancap berbicara
menceritakan tentang pengorbanan
langkah kaki beku
mata tak mampu melihat kebiruan
hanya desiran pasir yang berkedip
piring bercahaya pun memancar
hati rindu akan sosok dibalik cahaya
dimanakah cahaya itu akan belabuh
adakah cahaya itu akan mengantarkanku?
mencari kebersamaan
saat-saat layar tancap berbicara
hati penuh kerinduan
masa....masa.... silam...
kerinduan yang tak pernah pudar
membayangi jiwa dalam langkah
dimanakah kerinduan itu bersemi
kini jiwa tak menggapai kerinduan itu
hanya mampu mengenang
seandainya kerinduan itu tidak mengikat jiwa
raga akan berleha dibalik bahak ria
kini bahak ria menemani
tapi kerinduan selalu ada
seandainya layar tancap itu tak pernah ada
jiwa tak akan terkekang di balik bahak
kerinduan itu tak mengenal hari
langkai gontai sering membisik
menunggu tirai jiwa terurai
menutupi saat layar tancap bersemi
kini jiwa hanya membisu
berharap kemegahan hati terbuka
menerima bahak yang ada
tirai hati pun terbentang
menghilangkan kerinduan dibalih bahak.
di balik kebiruan yang tertutup awan
hati menerawang bersama kebiruan
mencari sosok yang telah tiada
adakah kebersamaan akan kembali
seperti saat-saat layar tancap berbicara
menceritakan tentang pengorbanan
langkah kaki beku
mata tak mampu melihat kebiruan
hanya desiran pasir yang berkedip
piring bercahaya pun memancar
hati rindu akan sosok dibalik cahaya
dimanakah cahaya itu akan belabuh
adakah cahaya itu akan mengantarkanku?
mencari kebersamaan
saat-saat layar tancap berbicara
hati penuh kerinduan
masa....masa.... silam...
kerinduan yang tak pernah pudar
membayangi jiwa dalam langkah
dimanakah kerinduan itu bersemi
kini jiwa tak menggapai kerinduan itu
hanya mampu mengenang
seandainya kerinduan itu tidak mengikat jiwa
raga akan berleha dibalik bahak ria
kini bahak ria menemani
tapi kerinduan selalu ada
seandainya layar tancap itu tak pernah ada
jiwa tak akan terkekang di balik bahak
kerinduan itu tak mengenal hari
langkai gontai sering membisik
menunggu tirai jiwa terurai
menutupi saat layar tancap bersemi
kini jiwa hanya membisu
berharap kemegahan hati terbuka
menerima bahak yang ada
tirai hati pun terbentang
menghilangkan kerinduan dibalih bahak.
Rabu, 15 April 2009
Bangku Kosong
wajah tercengang
menatap kursi kosong
mencari suasana workshop
namun hampa
hati berbisik
dimanakah suasana riuh itu?
selalu mengisi workshop meriah
kini jenuh meliputi
duduk termangu seolah ada rasa
merndukan kemeriahan
yang menyeliputi
gedung bisu
seolah berharap
datanglah menyelimutiku
namun, tetap kosong
bersama bangku kosong
menatap kursi kosong
mencari suasana workshop
namun hampa
hati berbisik
dimanakah suasana riuh itu?
selalu mengisi workshop meriah
kini jenuh meliputi
duduk termangu seolah ada rasa
merndukan kemeriahan
yang menyeliputi
gedung bisu
seolah berharap
datanglah menyelimutiku
namun, tetap kosong
bersama bangku kosong
Selasa, 07 April 2009
Mengapa 2005 Itu Ada?
lembaran-lembaran bulan selalu terbias
tangan menengadah tak henti
mengharap raungan jiwa dalam nyata
tetapi jiwa terpakau pada waktu
mengapa 2005 itu terhitung dalam lembaran
jemari hidup melewati kenangan
walaupun itu terhitung jari
harapan hati tinggal harapan
jiwa sering terbersik saat 2005 itu
kenangan jiwa, tapi tinggal kenangan
seandainya boleh meminta
hilangkan 2005 itu dalam jiwa
agar jiwa tenang
jiwa kini merintis
jiwa kini berbahagia
menyambut kehidupan
mengapa 2005 itu ada
2005 itu tempat terpaku
menikmati rasa,
walaupun dalam perhitungan menit
rasa melekat dalam relung
jiwa tenang dipancaran layar
mungkinkah waktu akan menghilangkan 2005 itu?
hati punya harap
waktu akan membangun kebahagiaan ini
kini jiwa tenang
setiap dering muncul dalam pembaringan
jiwa menyapa
hilangkan 2005 itu bersama hembusan waktu
ukir hati menjadi terindah
walaupun itu sebatas alunan lewat cakrawala.
tangan menengadah tak henti
mengharap raungan jiwa dalam nyata
tetapi jiwa terpakau pada waktu
mengapa 2005 itu terhitung dalam lembaran
jemari hidup melewati kenangan
walaupun itu terhitung jari
harapan hati tinggal harapan
jiwa sering terbersik saat 2005 itu
kenangan jiwa, tapi tinggal kenangan
seandainya boleh meminta
hilangkan 2005 itu dalam jiwa
agar jiwa tenang
jiwa kini merintis
jiwa kini berbahagia
menyambut kehidupan
mengapa 2005 itu ada
2005 itu tempat terpaku
menikmati rasa,
walaupun dalam perhitungan menit
rasa melekat dalam relung
jiwa tenang dipancaran layar
mungkinkah waktu akan menghilangkan 2005 itu?
hati punya harap
waktu akan membangun kebahagiaan ini
kini jiwa tenang
setiap dering muncul dalam pembaringan
jiwa menyapa
hilangkan 2005 itu bersama hembusan waktu
ukir hati menjadi terindah
walaupun itu sebatas alunan lewat cakrawala.
Puisi Untukmu
By. Andiha Zinuddin
Terniang dimata saat masih tersenyum sipu kau ombarkan
wajah selalu bercahaya, seolah tak ada dosa
bias-bias cahaya terpancar setiap kala
hati mulia terukir ditatapanmu
seolah tak pernah lelah mencari amal saleh
mimpimu mulia
hidupmu bersandar pada sang pencipta
tak pernah ada kerutan yang terpancar
kini....
kau hanya tegadah dalam pembaringan
dibalut kabel-kabel
seolah nafas tinggal selembar benang
mata berlinang saat menatap
suara meraung tanpa ada nada
terbersik dalam niang
adakah generasi penerus
semulia engkau
aku ini pujangga kesiangan
kini mengangumi sosok tapi tak berdaya
hanya satu puisi untukmu
lambang kekaguman
Terniang dimata saat masih tersenyum sipu kau ombarkan
wajah selalu bercahaya, seolah tak ada dosa
bias-bias cahaya terpancar setiap kala
hati mulia terukir ditatapanmu
seolah tak pernah lelah mencari amal saleh
mimpimu mulia
hidupmu bersandar pada sang pencipta
tak pernah ada kerutan yang terpancar
kini....
kau hanya tegadah dalam pembaringan
dibalut kabel-kabel
seolah nafas tinggal selembar benang
mata berlinang saat menatap
suara meraung tanpa ada nada
terbersik dalam niang
adakah generasi penerus
semulia engkau
aku ini pujangga kesiangan
kini mengangumi sosok tapi tak berdaya
hanya satu puisi untukmu
lambang kekaguman
Minggu, 05 April 2009
Keindahan adalah Persinggahan
by. Andiha Zainuddin
hujan rintik mengguyur
badan berdiri kokoh di bawah pohon tandus
memandangi lautan terbentang dialam jagad
perahu kecil berlayar di tengah kebiruan
bangunan kokoh berdiri tegak ditengah kebiruan
hati termangu tentang keesaan -Nya
mata menatap lebar langkah-langkah gontai dikejauhan
suara kapal mengguyur di telinga
hati tersentak
mata mengecap bangunan kokoh Stella Maris
hati terkikis
terbersik dalam jiwa
keindahan adalah persinggahan
banguanan indah itu tempat jiwa menghilang
keabadian milik sang agung
hujan rintik mengguyur
badan berdiri kokoh di bawah pohon tandus
memandangi lautan terbentang dialam jagad
perahu kecil berlayar di tengah kebiruan
bangunan kokoh berdiri tegak ditengah kebiruan
hati termangu tentang keesaan -Nya
mata menatap lebar langkah-langkah gontai dikejauhan
suara kapal mengguyur di telinga
hati tersentak
mata mengecap bangunan kokoh Stella Maris
hati terkikis
terbersik dalam jiwa
keindahan adalah persinggahan
banguanan indah itu tempat jiwa menghilang
keabadian milik sang agung
Senja Hari Di Pantai Losari
by. Andi Nandring Arupadhatu
pantai nan tenang disenja hari
Mengiringi perjalanan sang phinisi
Hamparan pantai yang membentang luas
Membawa keramaian dalam hati yang terbias
Bertumpukan sudut pantai
Menampakkan sebuah pulau kecil membisu
Mengindahkan pantai losari
Walaupun dalam hati yang kelabu
Pandangan yang nan luas elok
Menampakkan keramaian cakrawala
Seakan-akan mengapa kedatanganku
Mencerahkan hati sunyi
Kian cuaca rintik nan kelabu
Membuat hati terasa gundah
Menggantungkan perasaan hati
Karena sang surya tertutup kelabu
pantai nan tenang disenja hari
Mengiringi perjalanan sang phinisi
Hamparan pantai yang membentang luas
Membawa keramaian dalam hati yang terbias
Bertumpukan sudut pantai
Menampakkan sebuah pulau kecil membisu
Mengindahkan pantai losari
Walaupun dalam hati yang kelabu
Pandangan yang nan luas elok
Menampakkan keramaian cakrawala
Seakan-akan mengapa kedatanganku
Mencerahkan hati sunyi
Kian cuaca rintik nan kelabu
Membuat hati terasa gundah
Menggantungkan perasaan hati
Karena sang surya tertutup kelabu
Langganan:
Postingan (Atom)
Paradok Masa Kini
Kita mempunyai gedung yang semakin tinggi,
tapi kesabaran yang semakin rendah.
Jalan yang semakin lebar,
tapi sudut pandang yang semakin sempit.
Semakin banyak membelanjakan,
tapi semakin sedikit yang dimiliki.
Semakin banyak membeli,
tapi semakin sedikit yang dinikmati.
Punya rumah semakin besar,
tapi kehidupan rumah tangga yang semakin terpencil.
Semakin banyak tersedia kesenangan,
tapi semakin sedikit waktu untuk menikmatinya.
Semakin banyak pengetahuan,
tapi semakin sedikit kebijaksanaan.
Semakin banyak para ahli,
tapi justru semakin banyak pula masalah.
Semakin banyak obat,
tapi juga semakin sedikit ketenangan.
Kita memiliki semakin banyak barang dan kepemilikan,
tapi semakin berkurang nilainya.
Kita semakin banyak bicara,
tapi semakin sedikit mencinta dan semakin banyak membenci.
Kita belajar untuk mencari nafkah penghidupan,
tapi gagal menemukan kehidupan.
Kita telah menambah semakin banyak tahun dalam kehidupan,
tapi gagal untuk menikmati kehidupan dalam tahun-tahun yang dijalani.
Kita berhasil pergi ke bulan dan kembali,
tapi masalah untuk pergi ke depan rumah untuk menemui tetangga.
Punya penghasilan yang lebih tinggi,
tapi moralitas yang semakin rendah.
Kita belajar untuk membuat udara lebih bersih,
tapi kita mengotori jiwa kita sendiri.
Kita belajar untuk memisahkan atom-atom,
tapi tak sanggup memisahkan prasangka-prasangka buruk kita.
Kita memiliki kuantitas yang berlimpah ruah,
tetapi kualitas yang semakin langka.
Ini adalah waktu dimana ada orang semakin tinggi posturnya,
tapi makin pendek karakter kepribadiannya.
Keuntungan finansial membumbung tinggi,
tapi hubungan dengan sesama semakin dangkal.
Ini adalah masa kedamaian dunia,
tapi perang dalam keluarga.
Makin banyak hiburan,
tapi makin sedikit rasa kebahagiaan.
Makin banyak makanan,tapi makin berkurang nutrisinya.Ini adalah saat di mana keluarga berpenghasilan ganda,
tapi perceraian di mana-mana.
Makin banyak rumah yang indah,
tapi semakin banyak rumah tangga yang pecah ….
tapi kesabaran yang semakin rendah.
Jalan yang semakin lebar,
tapi sudut pandang yang semakin sempit.
Semakin banyak membelanjakan,
tapi semakin sedikit yang dimiliki.
Semakin banyak membeli,
tapi semakin sedikit yang dinikmati.
Punya rumah semakin besar,
tapi kehidupan rumah tangga yang semakin terpencil.
Semakin banyak tersedia kesenangan,
tapi semakin sedikit waktu untuk menikmatinya.
Semakin banyak pengetahuan,
tapi semakin sedikit kebijaksanaan.
Semakin banyak para ahli,
tapi justru semakin banyak pula masalah.
Semakin banyak obat,
tapi juga semakin sedikit ketenangan.
Kita memiliki semakin banyak barang dan kepemilikan,
tapi semakin berkurang nilainya.
Kita semakin banyak bicara,
tapi semakin sedikit mencinta dan semakin banyak membenci.
Kita belajar untuk mencari nafkah penghidupan,
tapi gagal menemukan kehidupan.
Kita telah menambah semakin banyak tahun dalam kehidupan,
tapi gagal untuk menikmati kehidupan dalam tahun-tahun yang dijalani.
Kita berhasil pergi ke bulan dan kembali,
tapi masalah untuk pergi ke depan rumah untuk menemui tetangga.
Punya penghasilan yang lebih tinggi,
tapi moralitas yang semakin rendah.
Kita belajar untuk membuat udara lebih bersih,
tapi kita mengotori jiwa kita sendiri.
Kita belajar untuk memisahkan atom-atom,
tapi tak sanggup memisahkan prasangka-prasangka buruk kita.
Kita memiliki kuantitas yang berlimpah ruah,
tetapi kualitas yang semakin langka.
Ini adalah waktu dimana ada orang semakin tinggi posturnya,
tapi makin pendek karakter kepribadiannya.
Keuntungan finansial membumbung tinggi,
tapi hubungan dengan sesama semakin dangkal.
Ini adalah masa kedamaian dunia,
tapi perang dalam keluarga.
Makin banyak hiburan,
tapi makin sedikit rasa kebahagiaan.
Makin banyak makanan,tapi makin berkurang nutrisinya.Ini adalah saat di mana keluarga berpenghasilan ganda,
tapi perceraian di mana-mana.
Makin banyak rumah yang indah,
tapi semakin banyak rumah tangga yang pecah ….