Kamis, 16 April 2009

Layar Tancap Berbicara

mata menatap lebar desiran-desiran kecil
di balik kebiruan yang tertutup awan
hati menerawang bersama kebiruan
mencari sosok yang telah tiada

adakah kebersamaan akan kembali
seperti saat-saat layar tancap berbicara
menceritakan tentang pengorbanan

langkah kaki beku
mata tak mampu melihat kebiruan
hanya desiran pasir yang berkedip
piring bercahaya pun memancar

hati rindu akan sosok dibalik cahaya
dimanakah cahaya itu akan belabuh
adakah cahaya itu akan mengantarkanku?
mencari kebersamaan
saat-saat layar tancap berbicara

hati penuh kerinduan
masa....masa.... silam...
kerinduan yang tak pernah pudar
membayangi jiwa dalam langkah

dimanakah kerinduan itu bersemi
kini jiwa tak menggapai kerinduan itu
hanya mampu mengenang
seandainya kerinduan itu tidak mengikat jiwa
raga akan berleha dibalik bahak ria
kini bahak ria menemani
tapi kerinduan selalu ada

seandainya layar tancap itu tak pernah ada
jiwa tak akan terkekang di balik bahak
kerinduan itu tak mengenal hari
langkai gontai sering membisik
menunggu tirai jiwa terurai
menutupi saat layar tancap bersemi

kini jiwa hanya membisu
berharap kemegahan hati terbuka
menerima bahak yang ada
tirai hati pun terbentang
menghilangkan kerinduan dibalih bahak.

Tidak ada komentar:

Paradok Masa Kini

Kita mempunyai gedung yang semakin tinggi,
tapi kesabaran yang semakin rendah.

Jalan yang semakin lebar,
tapi sudut pandang yang semakin sempit.

Semakin banyak membelanjakan,
tapi semakin sedikit yang dimiliki.

Semakin banyak membeli,
tapi semakin sedikit yang dinikmati.

Punya rumah semakin besar,
tapi kehidupan rumah tangga yang semakin terpencil.

Semakin banyak tersedia kesenangan,
tapi semakin sedikit waktu untuk menikmatinya.

Semakin banyak pengetahuan,
tapi semakin sedikit kebijaksanaan.

Semakin banyak para ahli,
tapi justru semakin banyak pula masalah.

Semakin banyak obat,
tapi juga semakin sedikit ketenangan.

Kita memiliki semakin banyak barang dan kepemilikan,
tapi semakin berkurang nilainya.

Kita semakin banyak bicara,
tapi semakin sedikit mencinta dan semakin banyak membenci.

Kita belajar untuk mencari nafkah penghidupan,
tapi gagal menemukan kehidupan.

Kita telah menambah semakin banyak tahun dalam kehidupan,
tapi gagal untuk menikmati kehidupan dalam tahun-tahun yang dijalani.

Kita berhasil pergi ke bulan dan kembali,
tapi masalah untuk pergi ke depan rumah untuk menemui tetangga.

Punya penghasilan yang lebih tinggi,
tapi moralitas yang semakin rendah.

Kita belajar untuk membuat udara lebih bersih,
tapi kita mengotori jiwa kita sendiri.

Kita belajar untuk memisahkan atom-atom,
tapi tak sanggup memisahkan prasangka-prasangka buruk kita.

Kita memiliki kuantitas yang berlimpah ruah,
tetapi kualitas yang semakin langka.

Ini adalah waktu dimana ada orang semakin tinggi posturnya,
tapi makin pendek karakter kepribadiannya.

Keuntungan finansial membumbung tinggi,
tapi hubungan dengan sesama semakin dangkal.

Ini adalah masa kedamaian dunia,
tapi perang dalam keluarga.

Makin banyak hiburan,
tapi makin sedikit rasa kebahagiaan.

Makin banyak makanan,tapi makin berkurang nutrisinya.Ini adalah saat di mana keluarga berpenghasilan ganda,
tapi perceraian di mana-mana.

Makin banyak rumah yang indah,
tapi semakin banyak rumah tangga yang pecah ….